Selamat Datang di Confreria Reinha Rosari Larantuka

Latihan Koor Muji Hari Kelima (Rabu Trewa)



Latihan Koor Muji Hari Kelima (Rabu Trewa)


Larantuka, 9 April 2025 — Saat mentari sore mulai merunduk di ufuk barat, deretan suara harmonis terdengar merambat lembut dari balik dinding-dinding tua Kapela Tuan Ma. Di dalamnya, puluhan suara bergema dalam satu ikatan nada dan jiwa. Itulah koor Muji, yang tengah bersiap menyambut perayaan Rabu Trewa — salah satu momen liturgi paling syahdu dalam tradisi Katolik.


Suasana latihan sore itu tampak khusyuk. Barisan penyanyi berdiri dengan tenang, mengikuti isyarat tangan dan nada piano yang mengalun pelan. Lantunan Lamentasi — bagian ratapan dalam liturgi Rabu Trewa — menjadi fokus utama latihan hari itu. Dengan penuh penghayatan, para penyanyi membawakan bait demi bait yang menggambarkan kesedihan mendalam atas penderitaan Kristus.


Namun di balik kekhidmatan itu, terselip dinamika yang tak kalah menarik. Pada akhir latihan, suasana berubah menjadi lebih serius saat sesi evaluasi digelar. Beberapa penyanyi solo yang membawakan bagian Lamentasi mendapat masukan langsung dari tim pembina suara. Evaluasi dilakukan secara terbuka, namun tetap menjaga etika dan semangat pembelajaran.



“Untuk bagian lamentasi, perlu lebih banyak kontrol napas dan penghayatan emosi. Lagu ini bukan hanya soal teknik, tapi juga rasa,” ungkap salah satu mestri, memberikan masukan kepada penyanyi solo dengan penuh hormat namun tegas.



Suasana sempat menegang ketika diputuskan bahwa beberapa solois akan diganti karena performa yang belum memadai. Keputusan itu bukan tanpa pertimbangan. Sebagaimana disampaikan dalam evaluasi, kualitas nyanyian yang disajikan harus dapat menyentuh hati umat dan menjaga makna spiritual dari perayaan.



Meski ada wajah-wajah kecewa, semua anggota menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Justru, momen ini menjadi pelajaran berharga — bahwa pelayanan dalam bentuk apapun, termasuk musik liturgi, membutuhkan kerendahan hati, kesiapan belajar, dan semangat kolektif.



Di sela evaluasi, ada satu pengumuman yang disambut dengan penuh sukacita: penunjukan Bapak Teo Da Silva sebagai pemimpin koor Muji untuk perayaan Rabu Trewa tahun ini. Sosok yang dikenal selalu penuh semangat dan sarat pengalaman ini dinilai mampu membawa harmoni baik secara musikal maupun spiritual.


“Bapa Teo itu figur yang tenang tapi tegas. Kami percaya di tangan beliau, koor akan semakin solid,” ujar salah satu anggota koor muji yang sudah bergabung sejak beberapa tahun lalu.

Latihan ditutup dengan doa singkat, penuh rasa syukur dan semangat baru. Walau ada pergantian dan penyesuaian, semangat untuk menyajikan persembahan terbaik tetap menyala di dada setiap anggota.

Rabu Trewa bukan sekadar perayaan. Ia adalah momen kontemplasi, momen mengenang kesunyian Getsemani dan jejak salib yang berat. Maka, persiapan menuju hari itu pun bukan hanya tentang nada yang tepat, tetapi juga tentang jiwa yang siap.

Dan dari Kapela Tuan Ma, nada-nada pengorbanan itu mulai dipahat — dengan suara, dengan semangat, dan dengan kasih.







0 Komentar