Selamat Datang di Confreria Reinha Rosari Larantuka

Kisah Pertobatan Dan Perjalanan Menuju Konfreria


Kisah Pertobatan dan Perjalanan Menuju Konfreria



Di sebuah desa nelayan kecil di pesisir Larantuka, hiduplah Markus, seorang nelayan yang tangguh namun terkenal dengan kebiasaan buruknya. Setiap hari setelah pulang melaut, Markus akan menghabiskan waktu di warung, minum hingga mabuk dan berjudi. Meski hidupnya tampak bebas, ada kekosongan yang selalu menghantui hatinya. Setiap kali ia melihat patung Bunda Maria di gereja, Markus merasa ada sesuatu yang hilang dalam hidupnya. Hati kecilnya selalu mengingatkan masa ketika ia masih dekat dengan Tuhan, sebelum kebiasaan buruk mulai menguasai hidupnya.

Suatu malam, setelah kehilangan uang dari berjudi dan merasa tak berdaya karena mabuk, Markus duduk di pantai, memandangi lautan yang gelap. Dalam hatinya, ia berbisik, “Bunda Maria, saya tidak bisa hidup seperti ini lagi. Tolong tunjukkan jalan.”

Beberapa hari kemudian, saat mengikuti misa Minggu, Markus mendengar khotbah imam tentang Confreria Reinha Rosari Larantuka (CRRL). Imam itu bercerita tentang para pria yang, melalui pengabdian kepada Bunda Maria, menemukan jalan untuk memperbaiki hidup mereka dan melayani Tuhan serta sesama. Kata-kata itu menggugah hati Markus, dan ia mulai memikirkan perubahan yang selama ini diimpikannya.

Setelah misa, Markus memberanikan diri mendatangi Pak Simon, seorang Irmao yang dihormati di desanya. Simon adalah pria bijaksana dan rendah hati, selalu hadir di setiap kegiatan gereja dan sering dilihat Markus di perayaan Ekaristi. Markus, dengan hati yang penuh keraguan, mendekati Simon.

“Pak Simon, bolehkah saya bertanya sesuatu?” Markus memulai dengan suara ragu-ragu.

“Tentu, Markus. Ada apa?” Simon menjawab dengan senyum hangat.

“Saya... saya sudah lama menjalani hidup yang salah. Saya sering mabuk, berjudi, dan mengabaikan keluarga. Tapi sekarang, saya ingin berubah. Saya ingin melayani Bunda Maria dan menjadi bagian dari Confreria. Tapi, saya tidak tahu harus mulai dari mana,” kata Markus dengan suara rendah.

Simon memandang Markus dengan penuh pengertian. “Markus, semua orang punya masa lalu. Tapi Tuhan dan Bunda Maria selalu membuka jalan bagi mereka yang ingin bertobat. Untuk menjadi anggota Confreria, kamu harus memenuhi beberapa syarat. Apakah kamu siap untuk mendengarnya?”

Markus mengangguk, meski ia tahu perubahan ini tidak akan mudah. “Saya siap, Pak.”

“Pertama-tama,” Simon menjelaskan, “untuk menjadi anggota Confreria, kamu harus seorang bapak Katolik yang sudah menikah sah secara Katolik. Kamu juga harus memiliki iman yang kuat, rendah hati, berjiwa pengabdian, serta berkelakuan baik di masyarakat. Jika kamu merasa memenuhi syarat itu, langkah pertama adalah mengajukan permohonan tertulis kepada pengurus Confreria melalui Prefek setempat.”

Markus mendengarkan dengan seksama. “Lalu, setelah permohonan diajukan, apa yang akan terjadi?”

“Setelah permohonanmu diterima,” lanjut Simon, “kamu akan menjadi seorang Candidato, calon anggota. Namun, sebelum diterima secara resmi, kamu harus menjalani masa pembinaan selama tiga bulan. Dalam masa ini, kamu akan dibimbing dan dipersiapkan secara rohani, agar benar-benar siap melayani Bunda Maria.”

“Setelah tiga bulan, apakah saya langsung menjadi anggota?” tanya Markus penasaran.

“Tidak secepat itu,” jawab Simon. “Setelah masa pembinaan, kamu akan menjalani masa percobaan sebagai Candidato selama satu setengah tahun. Selama masa ini, kamu harus aktif mengikuti semua kegiatan organisasi dan kegiatan rohani yang diadakan oleh CRRL. Ini adalah waktu untuk membuktikan komitmenmu dan kesungguhanmu dalam melayani.”

Markus mengangguk, merasa semangatnya semakin besar. “Dan setelah masa percobaan itu?”

“Jika kamu memenuhi semua syarat dan menunjukkan kesetiaan dalam pelayanan, kamu akan dilantik menjadi Irmao—anggota penuh. Pelantikan ini akan dilakukan dalam suatu perayaan Ekaristi, di mana kamu akan mengucapkan sumpah dan janji untuk setia mengabdi kepada Bunda Maria dan menjalani hidup sesuai dengan ajaran-Nya,” jelas Simon.

Markus tersenyum kecil, namun ia menyadari bahwa menjadi bagian dari Confreria juga membawa tanggung jawab besar. “Dan... apa yang terjadi jika seorang anggota melanggar aturan?”

Simon menatap Markus dengan serius. “Keanggotaan dalam Confreria adalah komitmen yang besar. Jika seorang anggota melanggar Hukum Allah, Hukum Gereja, atau peraturan Confreria, dia bisa diberhentikan. Prosesnya dimulai dengan teguran lisan, lalu teguran tertulis, dan jika masih tidak ada perubahan, anggota tersebut akan diberhentikan oleh Direktur atas usulan Badan Pengurus dan Pesadu.”

Markus menundukkan kepala, merenungkan beratnya tanggung jawab ini. “Jika seorang anggota diberhentikan, apakah dia bisa diterima kembali?”

“Ya,” jawab Simon. “Jika anggota yang diberhentikan itu menunjukkan penyesalan dan kesungguhan untuk memperbaiki diri, dia bisa diterima kembali melalui rapat Badan Pengurus dan Pesadu.”

Mendengar itu, Markus merasa lega. Ia tahu jalannya tidak akan mudah, tetapi ia yakin inilah jalan yang benar. Dengan tekad bulat, ia berkata, “Saya akan ajukan permohonan saya, Pak Simon. Saya ingin berubah, dan saya siap untuk melakukan apa pun demi memperbaiki hidup saya.”

Simon menepuk bahu Markus dengan lembut. “Baiklah, Markus. Ini adalah awal perjalananmu menuju hidup baru. Ingatlah, Bunda Maria selalu mendengar doa mereka yang sungguh-sungguh ingin berubah.”

Malam itu, Markus tidak pergi ke warung. Ia pulang ke rumah, duduk di meja kayu sederhana, dan menulis surat permohonannya untuk bergabung dengan Confreria Reinha Rosari Larantuka. Di dalam hati, Markus berjanji kepada Bunda Maria bahwa ia akan meninggalkan masa lalunya yang kelam dan menjalani hidup baru dalam pelayanan kepada Tuhan dan Bunda Maria.

0 Komentar